Kerajaan bercorak Budda di India

SEJARAH INDIA

        Sejarah peradaban India dianggap dimulai didaerah hulu Sungai Indus sekitar 33.000 tahun yang lalu. Sekitar tahun 1925 pemerintah India mengadakan penggalian dekat kampung Mohenjodaro dan Harappa di pinggir Sungai Indus. Didalam penggalian-peggalian itu didapati rupa-rupa barang berupa perkakas, perabot rumah, perhiasan, sisa-sisa gedung dan istana yang menunjukkan suatu peradaban yang tinggi dan menyamai kebudayaan Mesir, Ur dan Kereta purba. Berhubung dengan tempat penggalian itu, maka zaman yang meninggalkan peradaban itu dinamai peradaban Mohenjo- Dano.
         Sejarah politik India dapat ditarik jauh kebelakang, sejak perang antara keluarga Korawa dan Pandawa sebagaimana diceritakan dalam epos mahabarata. Perang itu diperkirakan terjadi antara tahun 2.000-3.000 tahun Sebelum tarikh masehi. Sampai abad ke-7 SM, sejarah India boleh dikatakan masih tersimpan dalam tutur yang disampaikan secara lisan dari generasi ke generasi. Dengan adanya kepandaian menulis pada abad ke-7 SM, maka keterangan-keterangan khususnya mengenai agama dan kepercayaan mulai dapat memberikan bahan sejarah. Misalnya mengenai Buddha Gotama dan Mahavira (yang mengembangkan agama Jaina), diperoleh sedikit keterangan dan petunjuk mengenai keadaan umum di India, terutama dibagian utara dan lembah sungai Gangga.
        Tetapi mengenai sejarah bangsa asli india ini di zaman purba belum dapat diselidiki dengan hasil yang memuaskan. Hal yang demikian itu menumbulkan kecenderungan mementingkan sejarah bangsa Arya dari pada sejarah bangsa Dravida maupun bangsa-bangsa lain yang mungkin ada di India purba.
Percampuran darah bangsa Arya dan bangsa Dravida juga menimbulkan percampuran kebudayaan dan kepercayaan sebagai agama Hindu yang kita kenal.
Selanjutnya setelah memahami tentang sejarah India yang begitu singkat ini, kita diharuskan mampu memahami zaman timbulnya kerajaan-kerajaan Arya. Lebih khusus pengetahuan tentang:
a.    Keadaan India sekitar 600 SM
b.    Kejadian penyerbun Iskandar Zulkarnain ke India
c.    Keadaan dan pemerintahan raja-raja Maurya

BAB I
ZAMAN TIMBULNYA KERAJAAN-KERAJAAN ARYA
1.    Keadaan sekitar 600 SM
        Jambudipa (sebutan India pada zaman purba) oleh bangsa Arya dibagi menjadi dua wilayah besar, masing-masing Majjhima Janapada (Negeri Tengah, yang didiami bangsa ariyaka) dan Paccanta Janapada (Negeri Luar, yang didimi penduduk asli Millaka). Batas-batas kedua negeri itu selalu berubah karena perluasan-perluasan wilayah yang senantiasa dilakukan oleh kerajaan-kerajaan Arya.
        Sebagaimana tertulis dalam kitab-kitab agama Budha, dikenal enam belas kerajaan-kerajaan Arya antara lain: Anga, Magada, Nasi, Kosala, Karu, Pancala, Gandhara, Kamboja.  Kerajaan-kerajaan ini sudah ada pada waktu hidupnya Budha dan Mahavira, sekitar 600 tahun sebelum Masehi.
Budha berasal dari Kpilavastu, letaknya dalam kerajaan Kosala. Diwilayah kerajaan Kosala ini Budha menyebarkan agama; tempat-tempat suci yang dihormati menurut agama Budha terdapat disana. Benares dan Gaya adalah kota-kota diwilayah Magadha yang mempunyai kaitan dengan kehidupan Buddha.
       Raja yang memerintah kerajaan Magadha pada waktu hidupnya Budha adalah Bimbisara. Bahkan Mahavira yang mengjarkan agama Jaina berasal dari dan termasuk keluarga raja-raja negeri Magadha.
Raja-raja Magadha yang terkenal adalah:
o    Si sunaga    : 642 SM
o    Bimbisara    : 582 SM
o    Ajatasatru    : 554 SM
         Bimbisara memperluas kerajaan Magadha dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan disekitarnya. Dimana pemerintahan Ajatasatru terjadi persaingan antara Budha dan Jaina untuk memperoleh kedudukan penting. Devadatta (kemenaan Buddha) membuat cabang baru dalam agama Buddha dan mempunyai pengikut hingga abad ke-7 M.
         Ajatasatru memperluas kerajaan Magadha dan memindahkan Ibu Negeri ke Pataliputra di tepi Sungai Gangga. Kota ini dikemudian hari menjadi masyhur, terlebih-lebih setelah menjadi Ibu kota dari pemerintahan raja-raja Maurya.

      Pada masa pemerintaha Ajatasatru ini, tidak lama setelah wafatnya Budha Gotama, diselenggarakan Sanghayana yang pertama dibawah pimpinan Bikkhu Maha Kassapa. Raja Ajatasatru sebagai penganut agama Buddha menyumbangkan tempat dan makanan untuk para bikkhu yang mengikuti pasamuan didekat goa Saptaparni, Rajagrha.

         Keputusan dalam pasamuan pertama ini adalah mencakup tiga hal penting sebagai dasar-dasar agama Budha:
a.    Penetapan Vinaya (dipimpin bikkhu Upali)
b.    Penetapan sutra (dipimpin bikkhu Ananda)
c.    Mengadili bikkhu Ananda dan menetapkan hukuman kepada bikkhu Chana

       Dari kitab agama Budha diberitakan, bahwa raja Ajatasatru telah melebarkan wilayah kekuasaannya dengan mengalahkan kerajaan Vajji yang terletak di timur laut Magadha. Sejak itu untuk kira-kirabsatu setengah abad kemudian tidak ada catatan mengenai sejarah di India hingga kebangkitan kerajaan Maurya, kecuali sanghayana yang kedua setelah satu abad setelah pasamuan sangha yang pertama, di Valikarama, Vesali. Sanghayana dipimpin oleh bikkhu Yasa Kakandaputta menolak sepuluh tuntutan kelompok Vajjitputta yang berambisi dan menginnginkan keduniawian.

          Pada waktu pemerintahan Udaya (cucu Ajatasatru) sekitar tahun 516 SM, raja Darius dari Persia menaklukkan beberapa daerah di Sindh dan Punjab, di hulu sungai Indus. Dalam berita-berita perang itu tertulis bahwa daerah yang ditaklukkan itu harus membayar upeti berupa emas. Daerah-daerah yang waktu itu amat kaya dan subur karena aliran sungai Indua, sekarang menjadi padang pasir dan hampir tidak didiami orang karena aliran sungai Indus berpindah.

          Sejak abad ke-5 SM sejarah kerajaan Magadha tidak begtu jelas lagi. Dari catatan yang ada, salah seorang keturunan Bimbisara yang tidak begitu besar lagi kuasanya, dibunuh dan diganti oleh menterinya, bernama Mahapadma Nanda, dari golongan sudra.

          Keluarga Nanda berketurunan 9 orang raja yang berturut-turut memerintah Magadha sampai tahun 322 SM. Pada waktu itu Nanda yang terakhir dibunuh oleh Candragupta Maurya (yang menurut dugaan berasal dari keturunan Nanda juga). Dengan Candragupta mulailah riwayat kerajaan-kerajaan di India menjadi Jelas dan dapat di tentukan. Pada masa pemerintahannya Magadha berhasil merebut wilayah yang seluas-luasnya. Tetapi dua tahun sebelum ia diangkat menjadi raja, terjadilah suatu peristiwa yang besar akibatnya untuk seluruh India, yaitu penyerbuan Iskandar Zulkarnain ke India Utara.

2.    Penyerbuan Iskandar Zulkarnain ke India

              Iskandar Zulkarnain adalah seorang raja dan panglima perang Yunani yang masyhur dalam sejarah purba.    Putra Mahkota Iskandar yang menggantikan ayahnya pada usia 24 tahun, bercita-cita meneruskan keinginan ayahnya untuk meluaskan wilayah Yunani sampai ke Asia. Tujuh tahun setelah meninggalkan Yunani, yakni pada tahun  327 SM Iskandar Zulkarnain telah tiba di batas India.

                  Keterangan tentang penaklukkan Iskandar diperoleh dari tulisan Arrionas yang bersumber pada keterangan-keterangan orang-orang pengiring iskandar dan dibenarkan oleh beberapa peninggalan di kota-kota lama India Utara yang didapati pada abad 19 yang lau.

            Setelah mendirikan benteng-benteng pertahanan di tapal batas India dan Baktria, pada tahun 327 SM Iskandar dan tentaranya menuju India melalui pegunungan Hindu Kush. Pada mulanya Iskandar tidak mendapat perlawanan dari negeri-negeri yang didudukinya, anta lain Takkasila, dekat kota Rawalpindi sekarang. Ia menyeberang sungai Indus dan memasuki Punjab (negeri lima sungai) dan mendapat perlawanan yang hebat diseberang sungai Jhilam oleh raja negeri Poros. Peristiwa itu terjadi pada tahun 326 SM, dan raja Poros diangkat sebagai wakil Iskandar.

           Iskandar dan sekitar 120.000 orang tentaranya meninggalkan India Utara dengan menghilir sungai Indus dengan 2000 perahu menuju laut dalam waktu satu tahun. Selama dua setengah tahun di India, Iskandar berperang terus. Diteluk Persia ia membuat pelabuhan, dan setelah mengatur ketentraman dan pemerintahan Persia, Iskandar menikah di Babylonia dengan puteri negeri itu, Roxana. Iskandar meninggal dunia pada usia 33 tahun.

       Tidak lama setelah Iskandar wafat, kerajaan yang belum kokoh itupun runtuh. Bagian-bagianya dikuasai oleh panglima-panglima perangnya. Dalam waktu tiga tahun India sudah merebut kekuasaannya dan lenyaplah pengaruh penjajahan Yunani.
BAB II
PEMERINTAHAN RAJA-RAJA MAURYA

          Tidak lama setelah kabar tentang wafatnya Iskandar Zulkarnain terdengar, penduduk negeri India langsung bertindak untuk merebut kemerdekaannya. Pemimpin gerakan itu ialah Candragupta, keturunan raja Nanda di Magadha, yang dibuang keluar negerinya dan lari ke India Utara. Diantara panglima kerajaan Iskandar, Seleukos menguasai bagian timur yang melingkupi India Utara. Dalam tindakannya untuk mempertahankan kuasanya di negeri itu dikalahkan oleh Candragupta dari Magadha, sehingga ia terpaksa mencari perdamaian di tahun 305 SM.

          Menurut cerita dari pihak kaum Jaina, raja Candragupta pada sutu waktu menarik diri dari pemerintahan dan menjadi pengikut Jaina, sesudah terjadi kelaparan yang hampir 10 tahun lamanya sebab ia merasa berdosa terhadap rakyatnya. Ia diganti oleh putranya Bindusara (298-272 SM).

        Riwayat raja ini (Bindusara) tidak begitu terang. Hal yang tentu ialah bahwa raja itu pertama kali memerangi bangsa-bangsa di daerah Deccan di India Tengah. Ia diganti oleh putranya yang kelak mendapat nama yang masyhur dalam sejarah India. Ia adalah Asoka Vardana (272-232 SM).

        Sebelum Asoka naik tahta kerajaan ia memegang kuasa sebagai raja muda di India Brat, suatu ujian diadakan untuk menunjukkan kecakapannya. Ia menggantikan bapaknya ketika masih muda remaja, akan tetapi penobatannya baru dirajakan empat tahun kemudian. Berlainan dengan kakek dan bapaknya ia ternyata seorang yang lemah lembut, peramah dan suka berbakti, setia kepada agama dan amat mengasihi rakyatnya. Sungguhpun demikian ia terpaksa berperang untuk mengadakan ketentraman di Deccn dan menaklukkan kerajaan Kalingga (dipakai Teluk Benggala). Setelah raja Asoka mendengar bahwa dalam peperangan itu lebih kurang dari 100.000 orang Kalingga binasa dan 150.000 orang ditawan, ia amat sedih hati dan bersumpah tidak akan mengangkat senjata lagi terhadap siapapun juga untuk selama-lamanya. Makin lama makin nampaklah kerinduan untuk memeluk agama Budha dan menjalankan segala syari’at-syari’at agama itu dalam kehidupan sehari-hari serta dalam pemerintahan.

      Ditahun 249 SM atau 24 tahun sejak Asoka menjadi raja, baginda Ziarah mengunjungi semua tempat suci yang bersangkutan dengan hidup dan pengajaran Budha Gautama. Kota-kota itu ialah: Kapvilavastu (tempat lahir Budha), Sarnath dekat Benares (tempat Budha pertama kali menyebarkan agamanya), Sarasvthi, Gaya (tempat pohon bodhi yang suci) dan Kusinagara (tempat wafatnya). Ditempat-tempat itu baginda memberi sedekah dan mendirikan tanda-tanda peringatan yang sampai sekarang amat berrti bagi ilmu sejarah.

         Dengan resmi raja Asoka meninggalkan agama Brahma dan memeluk agama Budha. Kemudian baginda masuk biksu. Dari sikap ini teranglah bahwa agama Budha dizaman itu mendapat kedudukan sebagai agama kerajaan. Atas titah raja Asoka didirikan lebih kurang  48.000 buah strupa.

         Pada tahun kesepuluh masa pemerintahan Asoka diselenggarakan sanghayana yang ketiga di ibu negeri Magadha, Pataliputra, 218 tahun sejak wafatnya Buddha Gotama. Pasamuan sangha dipimpin oleh biksu Tissa Mogalliputra dan menetapkan Kattavatthu kedalam Abidharma. Diberitakan bahwa pada zaman itu tercatat delapan belas aliran terdapat dalam agama Budha, namun Theravada terkemuka diantara mereka.

            Seperti diketahui bahwa agama Buddha mengalami kemunduran dan lenyap di India pada abad ke 15 M. Diwaktu Asoka memrintah seluruh India hampir disatukan. Delapan belas tahun setelah sanghayana ketiga tersebut, bikkhu Mahinda, putra raja Asoka ke Sri Lanka untuk menanam bibit Dhamma. Sejak saat itu tiap-tiap tahun beratus-ratus orang datang ziarah ke daerah Benares. Dari zaman Asoka sampai sekarang pulau Ceylon adalah suatu pusat pertahanan agama Budha.

        Dalam sejarah India belum pernah terdapat seorang raja yang begitu luas kerajaanya seperti Asoka. Yang penting sekali dalam sejarah pemerintahan Asoka dan yang memasyhurka namanya pula sampai sekarang ialah prasasti yang dipahat di dinding-dinding dan tiang-tiang batu (zuilen)

        Diatas telah dikatakan, bahwa Asoka dengan resmi memeluk agama Budha. Akan tetapi rakyat pada umumnya masih setia kepada agama Hindu, yang sudah berakar teguh pada masyarakat sejak purbakala. Pandit-pandit brahma masih besar pengaruhnya kepada rakyat. Dalam keadaan demikian Asoka mngeluarkan amanatsupaya diantara agama-agama dan madzhab-madzhab haruslah ada ikatan persaudaraan dan perdamaian, tiap-tiap agama mereka dalam melakukan kebaktian mendapat perlindungan yang sama dari raja. Pendidikan masyarakat didasarkan kepada pelajaran Budha, oleh sebab itu ia melarang membunuh yang berjiwa. Dalam maklumatnya Asoka memerintahkan supaya tiap-tiap orang menghormati orang tuanya, leluhurnya dan orang-orang yang diatasnya. Kewajiban yang ketiga adalah supaya tiap-tiap orang mencari kebenaran dan menuntut kerendahan dan kemurahan hati.

      Dari segala-galanya nyatalah kemasyhuran Asoka sebagai raja yang bijaksana, beragama, berpendirian atas kemanusiaan dan yang mengakui hak-hak kemerdekaan dari semua agama. Terutama di Sailan, pusat agama Buddha, ia dihormati sebagai seorang manusia yang telah mencapai penjelmaan Bodhisatwa.

        Kerajaan Maurya rupanya dibawah pimpinan Asoka sudah sampai kepada puncak yang setinggi-tingginya. Setelah raja wafat kaum Brahma yang merasa kedudukannya amat dibelakangkan ditengah-tengah masyarakat yang berdasar pada filsafat Budha mengajak rakyat supaa melaan raja Dasaratha, putra Asoka. Kerajaan Maurya mulai mundur dan terpisah-pisah.

      Raja Sunga penghabisan tidak brkuasa lagi, melainkan menjadi boneka saja dalam tangan menterinya Vasudeva, yang akhirnya membunuh raja itu juga dan menjadi penggantinya (73 SM). Keturunannya bernama Kanva. Raja-raja Kanva memerintah selama 45 tahun dan diganti oleh raja-raja Andhra, terdiri dari 30 turunan dan memerintah hampir 250 tahun lamanya, sampai tahun 225 tarikh Masehi.
BAB III
ZAMAN ANDHRA, PARTHI DAN KUSHAN

1.    Kerajaan Andhra (Benggala)

        Kerajaan Andhra didiami oleh bangsa dravida, letaknya di pantai teluk Benggala di antara muara sungai Godavari dan Khrisna. Diwaktu pemerintahan raja Asoka kerajaan itu ditaklukkan dan diharuskan membayar upeti. Tetapi kerajaan itu kemudian hari bertambah kuat, sehingga seorang dari antara raja-rajanya dapat menduduki kerajaan Maurya.

        Selama raja-raja Andhra memerintah, agama Brahma dan Buddha keduanya mendapat penghargaan yang sama. Walaupun raja-raja sendiri memeluk agama Brahma, tetapi agama Buddha tetap mendapat perlindungan dan bantuan juga dari pihak mereka. Untuk para biksu disediakan wihara, terutama dalam guha-guha di pegunungan Deccan.

            Kerajaan Andhra makmur dan terkenal sebab mempunyai perhubungan laut juga dengan luar negeri. Akan tetapi di abad ke 3 sejarah kerajaan itu makin kabur. Dalam keadaan gelap gulita kerajaan itu lenyap dan tidak pernah lagi terdengar dalam sejarah India.

2.    Kerajaan Parthi (India Barat)

        Sebagai telah diuraikan tadi sisa kerajaan Iskandar Zulkarnain masih terdapat di Persia pada waktu itu, yaitu kerajaan Baktria. Penduduknya kebanyakan orang pengembara yang suka berpindah-pindah tempat untuk mengembalakan ternaknya. Bangsa itu selalu hendak memasuki India. Lebih-lebih setelah mereka itudidesak oleh bangsa lainyang datang dari sebelah utara. Krajaan Baktria pada akirnya ditaklukkan oleh bangsa Parthi yang kemudian terus merebut daerah sungai Indus di India barat. Dizaman ini terjadilah perpindahan bangsa-bangsa Asia Tengah ke India (bangsa-bangsa Parthi dan Saka) dengan cara besar-besaran.

          Raja yang terkenal dari bangsa Parthi itu ialah Gondophares. Menurut berita raja inilah yang membawa agama Kristen ke tanah India.

3.    Kerajaan Kushan (India Utara)

         India Uatara menderita kerusakan juga disebabkan oleh masuknya bangsa Yue-Chi dari Tiongkok Tengah. Bangsa ini amat perkasa, sehingga mereka menaklukkan daerah-daerah turkestan sekarang dan mengusir bangsa-bangsa seka dari tempat diamnya disekitar laut Kaspia. Mereka itu mendirikan suatu kerajaan yang kuat disebelah utara India.

       Sesudah mengetahi kelemahan-kelemahan raja-raja Andhra, bangsa Yue-Chi berikhtiar untuk merebut India. Mula-mula mereka menaklukkan daerah Gandhara dan Punjab. Kerajaan yang mereka dirikan disana adalah kerajaan Kushan.
 
        Rajanya yang pertama ialah Kadhpises I (tahun 40 sesudah Masehi), sedangkan raja Kushan yang termasyhur bernama Kaniskha (tahun 120). Namanya tersebut dalam kitab-kitab Budha di India, Tibet dan Mongolia, karena ia terkenal sebagai pembela agama Budha.
Pada waktu itu kerajaan Kushan melingkupi India Utara, Lembah Gangga dan Indua, jadi belum seluruh kerajan Asoka ibu negeri kerajaan Andhra, Pataliputra jatuh ke tangannya. Akan tetapi Kaniskha berdiam di Purushpura atau Pashawar yang sekarang. Dibelakang hari raja itu memeluk agama Budha. Perhubungan dengan Tiongkok diperkuatnya dengan mengirim pendeta-pendeta Buddha kesana.

       Dalam sejarah agama Budha terberita juga permusyawaratan besar yang diadakan diantara pemimpin-pemimpin agama Budha atas perintah Kaniskha untuk menyelsaikan bermacam-macam perselisihan yang timbul dalam agama itu dan menyelidiki kitab-kitab yang mengenai ilmu agama dan filsafat supaya dipersatukan Sesudah rapat itu, yang dihadiri oleh 500 orang ulama-ulama agama Budha menghabiskan pekerjaannya, semua putusan yang diambil, ditulis dalam tembaga dalam bahasa sansekerta dan disimpan dalam suatu stupa dekat kota Srinagar.

         Diantara raja-raja keturunannya kita sebut seorang saja, yaitu Vasudeva (182-220). Ialah raja penghabian yang masih dapat memegang persatuan dalam kerajaannya. Setelah Vasudeva wafat, kerajaan Kushan pecah belah seperti nasib kerajaan Andhra di India Tengah, kerajaan Kushan lenyap juga dari sejarah. Zaman yang mulai dengan keruntuhan kerajaan Kushan dan Andhra sampai zaman Gupta, yang meliputi lebih kurang 100 tahun adalah zaman yang sulit sekali dalam sejarah India.
Yang tetap berdiri pada masa itu ialah kerajaan Saka di India Barat, di daerah sungai Indus dan Rajputana. Bangsa Rajput yang menduduki daerah Rajputana sekarang disebelah utara Bombay masuk keturunan bangsa Saka itu.
 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar